30.10.13

Hanya Satu



di sisa waktu
hanya satu yang dituju
cahaya terang
tak bercabang
dengan raga yang hanya sebatang
kulit mulai terkelupas
menunjuk lurus ke atas

Musim Hujan Datang, Pohon Tumbang

Dalam perjalanan ke kantor pagi ini, perjalanan sempat terhenti di tengah jalan. Pohon tumbang menghalangi jalan Karanganyar - Lebankbarang di sekitar Alur Kuwuk. Petugas masih berusaha memotong dan menyingkirkan pohon dari tengah jalan.

Musim penghujan yang baru datang menyebabkan beberapa pohon tumbang atau pun pohon roboh karena akarnya tidak mampu menahan beratnya beban pohon. Datangnya hujan yang dibarengi dengan angin kencang, semakin membuat kekuatan pohon untuk menahan berat tubuhnya semakin berkurang.

29.10.13

Mereka yang Menempel

Tanaman, mereka kebanyakan hidup di mengakar di tanah. Ada beberapa yang hidup di air dan ada yang menempel di pohon lain atau menempel di benda lainnya.
Dari sekedar menempel, sampai yang sampai memang sumber makanannya juga menumpang (parasit).
Tidak sekedar menempel, beberapa juga merambat. Di kala hujan lebih banyak lagi tanaman menempel yang hidup. Lumut, salah satu tanaman menempel yang paling banyak. Konon, tanaman ini mampu menghancurkan batu keras. Ternyata dari tanaman yang kelihatan lemah, mampu menghancurkan batu walaupun butuh waktu sangat lama.
Lumut, tumbuhan perintis yang bisa ditemui di mana mana

Genteng yang Lebih Natural

Ketika tadi pagi lewat jalan menuju komplek kantor Pemkab Pekalongan, melihat proyek pembangunan gedung Dinas Pertanian ada yang beda dengan kemarin. Memang pembangunan gedung itu belum selesai, tapi bentuk atapnya sudah menawan hati.

Bentuk atap yang tradisional tetapi berbeda dengan gedung lain yang rata rata berbentuk limasan.
Apalagi ketika mulai dipasang atapnya. Menggunakan genteng tanah liat, berbeda dengan gedung gedung baru yang menggunakan genteng metal bermotif. Warna oranye dari genteng tanah liat dan bentuk atapnya sangat menarik bagi saya.

Namun, hari ini sebagian genteng sudah berubah warna. Genteng tersebut sudah dicat warna coklat. Padahal saya sudah membayangkan bakal ada gedung yang mempunyai atap bentuk bagus dengan genteng berwarna natural, tanpa pelapis..

Tampak samping depan dilihat dari belakang Bappeda,
sebagin besar genteng sudah dicat

27.10.13

Kebanan

Kebanan, istilah untuk ban bocor di perjalanan. Setelah kejadian 'paku di ban motor' dua minggu lalu, akhirnya terpaksa nambal ban juga. Kali ini bukan karena ban terkena paku, mungkin karena sambungan ban sudah tidak bagus lagi.

Sama kejadian sebelumnya yang terjadi pada hari libur, hari ini kebetulan harus ke Lebakbarang karena ada tiga desa yang melaksanakan pilkades. Menjelang Dukuh Karanggondang, gejala ban bocor mulai terasa. Di belokan terasa agak limbung. Sampai Tropong kulihat ban belakang, ternyata ban sudah kelihatan setengah kempes.

24.10.13

Bendung Gembiro

Salah satu bendungan yang cukup dikenal di Kabupaten Pekalongan adalah Bendung Gembiro. Bendungan ini terletak di Kali Sragi di antara Desa Krandon Kecamatan Kesesi dan Desa Bukur Kecamatan Bojong.

Penamaan bendungan terrsebut mengambil salah satu nama tempat terdekat bendungan yaitu Dusun Gembiro Desa Krandon. Luas seluruh kawasan bendungan ini 996 ha ( saya tidak menyangka areal bendungan seluas ini ). Bangunan ini dibangun pada waktu penjajahan Belanda tepatnya tahun 1930. Tahun 1974 bendungan ini direhab oleh Sub Proyek Pemali-Comal dari Prosida.

20.10.13

Jelang Pagi

Menjelang pagi ini di sekitar rumah
Pukul 03.15 telepon berdering. Bapak mengabarkan kalau beliau bersama ibu barusan turun dari minibus tepat di depan perumahan. Langsung saya jemput dengan motor, jarak kurang lebih 150 meter.

Setelah sampai rumah, saya ke luar lagi. Ternyata suasana pagi ini setelah kemarin hujan sangat sejuk. Di arah barat rembulan tampak bersembunyi di balik awan. Di timur langit mulai terlihat jingga. Sangat menarik, kembali ke rumah kuambil kamera saku (satu-satunya kamera yang kupunya, Sony DSC WX50).

Jepret langit dari depan rumah dilanjutkan ke lapangan desa yang berada sekitar 75 meter dari rumah. Lumayan, berbekal piranti seadanya mengabadikan keindahan alam di sekitar.

17.10.13

Cahaya

Pendar cahaya

Di kala siang hari, matahari sudah mencukupi kebutuhan cahaya bagi kita. 
Kenapa kita tidak mencoba membiarkan cahayanya masuk dalam ruangan daripada menggunakan penerangan lampu.

Snake Cube Game


Setelah dikeluarkan dari bungkus plastik, mainan ini langsung saya bongkar. Ternyata, untuk menyusun kembali menjadi kubus tidak berhasil. Lipat sana, lipat sini, putar sana, putar sini tak berhasi juga. Barus etelah tiga hari ngotak ngatik mainan ini, baru bisa merangkai jadi kubus.

Cimplung

Salah satu makanan yang mengingatkan saya dengan daerah Lebakbarang adalah cimplung. Panganan olahan dari singkong ini menjadi salah satu makanan yang laris ketika disuguhkan pada tamu yang datang di Lebakbarang.

15.10.13

Paku di Ban Motor

Walaupun hari libur idul Adha, hari ini saya harus berangkat ke kantor. Perjalanan dari rumah pukul 08.00 sampai kantor pukul 08.35.

Jalanan terasa lebih sepi dibanding hari hari biasa. Mungkin karena banyak warga yang melakukan penyembelihan hewan korban. Sepanjang jalan lancar tanpa ada hambatan, walaupun dari berangkat sudah terasa ban motor kurang terisi angin.

Taman Mungil (bag. II)

Bulan mengintip, taman temaram

Kesegaran di pagi hari

Sumber wewangian, anggrek

Penghuni taman

Lanjutan dari posting tentang taman mungil sebelumnya. Kondisi sekarang sudah mulai berpenghuni, berkembang.

Trubus, sang Penerus

Lanjutan dari posting trubus sebelumnya, ini merupakan daun muda, tunas dari tanaman yang lain.










13.10.13

Jendela Dunia

 Menghantar sejuknya udara
Meneruskan terangya cahaya
Menghadirkan indahnya indahnya panorama 





Trubus, sang Pembaharu

Daun tua dipangkas, tunas tubuh lebih ringkas.

Daun baru bersama, daun muda lainnya.
Memotong daun tua, berharap daun baru.
Tumbuh daun baru yang lebih segar dan lebih kecil ukurannya.
Jadi lebih ringkas tempatnya,
dan lebih terlihat kokoh batang Sikasnya.



Pagi di Puri Mutiara dari Tetangga

Pucuk dan ufuk

Tetangga dari tetangga

12.10.13

Eks Petromaks


Bentuk simpel yang memikat.
Kesan kokoh yang menawan.

Sepekan setelah lebaran tahun 2012 kudapat rumah lampu gantung ini. Di toko mebel dan lampu antik. Kebetulan pemilik toko yang juga kepala desa sudah kukenal. Melihat mebel antik, yang pasti bekas tapi kayu jatinya kualitas bagus. Di dipan singgel tergeletak lampu petromaks kuno ini, memang disini sedia lampu kuno, tetpai kebanyakan lampu bandul. Kebetulan saat saya ke sana lampu tinggal satu ini.

Langsung terpikat dengan bentuknya yang sederhana namun menunjukkan kekokohan. Sangat cocok dengan seleraku. Kunonya dapat, tetapi modelnya sederhana/ simpel. Setelah sepakat dengan harga, bungkus kardus bawa pulang.

Selajutnya harus cari rantai dan aksesoris untuk menggantungnya. Dari toko tidak ada rantainya. Agak susah juga, walaupun akhirnya dapat juga.
Ejaan pada enamel penutup lampu, ejaan lama

Kaca berbentuk seperti jantung pisang dan besi yang berkarat

Sempurna, Apa Adanya

Keheningan, membuat jiwa lebih tenang dan hampa
Pikiran jadi lebih terbuka
Ku coba menawar harga pada empunya toko
Tak ada tanggapan yang membawa gembira
Ku minta dilihatkan barangnya
Cuma dijawab barangnya kayak yang di display
Ku melagkah keluar dari toko
Kecewa, tak dapat barang yang kuinginkan

Berjalan mengikuti kata hati
Tak disangka, ku lihat barang yang kucari cari
Bahkan barang yang lebih dari yang dipunyai toko sebelumnya

Hanya bisa bersyukur,
Rencana Tuhan, sempurna apa adanya

Sunyi, sendiri, inspirasi

Kolam malam ini, riak air bagai gelombang pikiran
merayap, membesar



6.10.13

Bunga Kopi, Relaksasi Aroma Pagi Ini

Bunga kopi sedang mekar, harumnya mewangi dan cocok untuk relaksasi

Sejak kemarin pagi, penasaran dengan aroma yang harum, menyenangkan dan seakan menambah semangat. Begitu aroma tersebut memasuki lubang hidung, terpikir aroma bunga anggrek. Tetapi kemarin sore tidak ada tanda-tanda anggrek akan berbunga. Aku menuju taman depan, anggrek sedang tidak berbunga. Begitu pun melati dan cepoko, sedang tidak berbunga. Satu-satunya tanaman yang berbunga di taman pagi itu adalah kamboja. Tapi aku yakin aroma yang tercium bukan dari bunga kamboja di depan rumah.

Aroma yang lebih mendekati dengan aroma pagi ini adalah aroma bunga kopi. Segera menuju ke pinggiran kali di depan rumah. Mencoba melihat kebun seberang, tapi gagal untuk melihat lebih jelas ke arah pohon kopi satu satu yang dekat dengan rumah. Akhirnya kusimpan pertanyaan pagi ini. Pada siang sampai dengan malam hari tak tercium aroma pagi tadi.

Hari Minggu, terbangun dan tercium aroma seperti pagi kemarin. Kata tetangga sebelah rumah, ini aroma bunga kopi. Segera ku melangkah di pinggir kali. Kali ini kulihat bunga kopi berjajar putih di ranting-ranting pohon kopi. Di kebun depan rumahku. Lama sekali pohon itu tidak berbunga, mungkin sudah lebih empat tahun lalu terkahir berbunga.

Seandainya setiap pagi tercium aroma laksana aroma terapi ini.

1.10.13

Merah Putih Hari Ini


"Hari ini kok masang benderanya beda-beda ya? Ada yang setengah tiang, ada yang satu tiang penuh?" kata bapak yang duduk di sebelah saya siang kemarin.
Keluar dari ruangan, perjalanan duduk di jok vespa, sambil mengamati pemasangan bendera di instansi sekitar komplek Alun Alun Kajen. Di Kantor Bupati, terpasang satu tiang penuh. Demikian juga di sebagian besar kantor lainya. Hanya beberapa yang memasang setengah tiang.

Teringat tanggal 30 September, teringat istilah G-30-S/PKI. Pelajaran PSPB, pelajaran di bangku sekolah dulu menyebutnya. Konon tanggal 30 September 1965 merupakan hari percobaan kudeta yang dilakukan oleh PKI. Tujuh jenderal mati dalam peristiwa itu.

Saat ini, kebenaran berbagai fakta yang mengiringi peristiwa G-30/S/PKI masih menjadi perdebatan. Dari masa kecil saya, setiap tanggal 30 September di rumah maupun instasi diwajibkan memasang bendera maerah putih setengah tiang. TVRI, sebagai stasiun televisi satu satunya memutar film Pengkhianatan G-30-S/PKI pada malam harinya.

Peristiwa G-30-S/PKI menjadi masa transisi pemerintahan di negara ini. Pengantar Rezim Orde Baru menggantikan Orde Lama. Pengantar lengsernya Presiden RI yang pertama.

Bendera setengah tiang, memaknai tanda berduka. Fakta sejarah, kematian tujuh jenderal memang duka bagi bangsa.

Pemasangan bendera setengah tiang pada setiap tanggal 30 September pada era sekarang, menjadi setengah setengah hati. Entah karena fakta sejarah yang masih menjadi perdebatan, atau memang sudah melupakan bendera merah putih. Karena pada peringatan kemerdekaan 17 Agustus pun, banyak warga yang tidak memasang bendera merah putih.